PELAJARAN VI
Pemilihan ketua OSIS merupakan salah satu bentuk kegiatan berdemokrasi bagi siswa di madrasah dalam rangka mencari sosok pemimpin yang terbaik
STANDAR KOMPETENSI
Memahami ayat-ayat al-Qur'an tentang demokrasi
KOMPETENSI DASAR
Mengartikan QS. Ali ‘Imraan 159 dan QS. asy-Syuura: 38.
Menjelaskan kandungan QS. Ali ‘Imraan 159 dan QS. asy-Syuura : 38.
Menerapkan perilaku hidup demokrasi seperti terkandung dalam QS. Ali ‘Imraan 159 dan QS Asy-Syuura: 38. dalam kehidupan sehari-hari
IFTITAH
Al-Qur’an tidak hanya menekankan pada masalah ibadah semata. Sebagai ajaran yang universal, al-Qur’an juga mengajarkan masalah-masalah kemasyarakatan yang berorientasi keduniaan. Salah satu ajaran mengenai urusan kemasyarakatan adalah konsep musyawarah sebagai cara terbaik dalam upaya mengambil keputusan untuk memecahkan suatu masalah. Dengan musyawarah, akan dapat diambil alternatif solusi terbaik karena mengedepankan proses mempertemukan banyak individu yang berbeda katar belakang pemahaman dan kepentingannya.
Diantara ayat yang mengajarkan prinsip dasar bermusyawarah yaitu: QS. Ali-‘Imran ayat 159 dan QS. asy-Syura ayat 38. Untuk mendapatkan pemahan lebih tentang prinsip musyawarah yang terkandung di dalamnya, mari kita telaah satu persatu.
URAIAN MATERI
A. QS. ALI ‘IMRAN AYAT 159
1. Lafaz Ayat
• (ال عمران : ١٥٩)
2. Arti Mufradat
maka disebabkan :
rahmat فَبِمَا رَحْمَةٍ mohonkanlah ampun :
bagi mereka وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ
dari Allah : مِنَ اللهِ dan bermusyawarahlah :
dengan mereka وَشَاوِرْهُمْ
kamu (Muhammad) : berlaku lemah lembut لِنْتَ dalam urusan itu : فِى اْلأَمْرِ
terhadap mereka : لَهُمْ kemudia apabila kamu :
telah membulatkan tekad فَإِذَا عَزَمْتَ
sekiranya kamu : bersikap keras وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا maka bertawakkallah : فَتَوَكَّلْ
lagi berhati kasar : غَلِيْظَ الْقَلْبِ kepada Allah : عَلَى اللهِ
tentulah mereka :
menjauhkan diri لاَنْفَضُّوْا sesungguhnya Allah : اِنَّ اللهَ
dari sekelilingmu : مِنْ حَوْلِكَ menyukai : يُحِبُّ
karena itu :
maafkanlah mereka فَاعْفُ عَنْهُمْ orang-orang yang :
bertawakkal اَلْمُتَوَكَّلِيْنَ
3. Terjemahan Ayat
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali-‘Imran/3: 15)
4. Penjelasan Ayat
Secara garis besar, ayat ini menjelaskan kepada kita tentang pentingnya bermusyawarah dalam memutuskan suatu urusan/hal terutama yang menyangkut masalah keduniawian untuk kemaslahatan bersama, serta sikap-sikap yang harus dikembangkan dalam proses bermusyawarah.
Pada awal ayat, Allah SWT. menjelaskan tentang sikap lemah lembut yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW. Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa perang Uhud, dimana sebelumnya beliau memerintahkan kepada para sahabat yang turut berperang untuk mentaati strategi yang beliau atur, yakni pasukan pemanah yang ditempatkan di atas bukit Uhud tidak boleh meninggalkan tempat. Namun, pada saat pasukan Muslim hampir mengalahkan pasukan kafir dan mereka meninggalkan harta bawaannya, pasukan yang berada di atas bukit tertarik untuk mengambil harta rampasan perang tersebut, sehingga mereka turun meninggalkan bukit Uhud, dan situasi seperti dimanfaatkan oleh Khalid bin Walid (yang kala itu masih menjadi panglima pasukan kafir) untuk menagmbil alih tempat yang ditinggalkan oleh pasukan Muslim. Akhirnya, justru pasukan Muslim mengalami kekalahan. Hal inipun tidak lantas menjadikan Nabi Muhammad SAW. Bersikap keras kepada pasukan Muslim. Beliau tetap bersikap lemah lembut dan bersabar. Nabi tetap memaafkan kesalahan mereka dan memohonkan ampunan bagi mereka. Kelemah lembutan beliau inilah yang menjadikan para sahabat beliau tetap setia. Allah menegaskan sekiranya beliau bersikap kasar dan keras hati, tentulah mereka akan menjauhkan diri dan meninggalkan beliau.
Ayat ini secara khusus memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan kepada kita untuk senantiasa bermusyawarah. Kata yang menjadi fokus perintah tersebut adalah وَشَاوِرْهُمْ فِى اْلأَمْرِ (bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu). Kata musyawarah berasal dari akar kata شَاوَرَ artinya: mengeluarkan madu dari sarang lebah. Makna ini kemudian berkembang sehingga mencakup segala hal yang diambil atau dikeluarkan dari yang lain, termasuk dalam hal ini pendapat. Pada hakekatnya, kata musyawarah hanya digunakan untuk hal-hal yang baik sejalan dengan makna dasarnya.
Pada ayat ini disebutkan adanya sikap-sikap yang diperintahkan kepada Nabi Muhammad SAW. mengiringi perintah untuk bermusyawarah, yaitu :
Pertama, berlaku lemah lembut, tidak kasar, tidak berhati keras. Seseorang yang bermusyawarah, apalagi seorang pemimpin harus menghindari sikap kasar, arogan, mau menang sendiri, keras hati dan keras kepala.
Kedua, mau memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan berarti menghapus kesalahan yang dilakukan oleh seseorang. Dalam bermusyawarah sikap ini penting karena tidak mudah menyalahkan orang lain yang berbeda pendapat.
Ketiga, memohonkan ampunan kepada Allah. Ini mengisyaratkan sikap yang baik tidak saja kepada orang lain, tetapi wujud menjaga hubungan baik dengan Allah yang Maha Pengampun atas kesalahan dosa hamba-Nya yang mau memohon ampun.
Di akhir ayat, Allah SWT . menegaskan setelah proses musyawarah usai dan telah disepakati keputusan bersama, maka semua unsur dalam musyawarah harus memegang teguh kesepakatan tersebut dan menjadikannya sebagai keputusan terbaik, sehingga melaksanakan hasil musyawarah sesuai dengan kesepatakatan. Sikap yang harus dijaga adalah mengembalikan segala sesuatu kepada Allah SWT. Musyawarah sebagai ikhtiyar, hasilnya diserahkan kepada-Nya, bertawakkal kepada-Nya.
B. QS. ASY-SYURA AYAT 38
1. Lafaz Ayat
(الشورى : ٣٨)
2. Arti Mufradat
dan bagi orang-orang :
yang وَالَّذِيْنَ (diputuskan) dengan :
musyawarah شُوْرَى
menerima (mematuhi) :
seruan اِسْتَجَابُوْا antara mereka : بَيْنَهُمْ
Tuhanmu : لِرَبِّهِمْ dan sebagian dari rizki : yang Kami berikan وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
dan mendirikan shalat : وَ أَقَامُوا الصَّلَوةَ mereka menafkahkan : يُنْفِقُوْنَ
sedang urusan mereka : وَ أَمْرُهُمْ
3. Terjemahan Ayat
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.” (QS. asy-Syura/42: 38)
4. Penjelasan Ayat
Untuk memahami isi kandungan ayat di atas, kita harus melihat juga ayat sebelumnya yaitu :
• (الشورى : ٣٤-٣٧)
Artinya :
36. Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan Hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal.
37.Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan- perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.
(QS. asy-Syura/42: 36-37)
Pada ayat 36-37 surah asy-Syura tersebut, Allah SWT. Menegaskan bahwa apa yang ada di sisi Allah SWT. berupa pahala (surga) kelak di akhirat lebih baik dan lebih kekal dibandingkan dengan kenikmatan hidup di dunia. Pahala atau ganjaran berupa surga itu hanya akan diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki oleh Allah SWT., yaitu: orang-orang yang beriman, bertawakkal, menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan mudah memberikan maaf apabila mereka marah.
Selanjutnya pada ayat 38 surah asy-Syura, dijelaskan tentang empat golongan yang akan memperoleh kenikmatan abadi dari sisi Allah SWT. Mereka adalah:
Pertama, orang-orang yang benar-benar memenuhi seruan Allah swt. Kata istajabu bermakna penerimaan yang tulus tanpa disertai keraguan ataupun kebencian. Al-Qurtubi mengaitkan ayat ini dengan penerimaan yang tulus yang diperlihatkan oleh kaum anshar ketika menyambut seruan Rasulullah saw. untuk beriman pada risalah yang dibawanya
Kedua, orang-orang yang mendirikan shalat. Shalat dengan khusuk sesuai dengan syarat dan rukun serta dilakukan secara berkesinambungan.
Ketiga, orang-orang yang memutuskan persoalan di antara mereka dengan cara musyawarah. Menurut Quraisy Shihab, kata musyawarah diambil dari kalimat syirtu al-‘asal (saya mengeluarkan madu). Hasil musyawarah dipersamakan dengan madu, yaitu musyawarah merupakan usaha mengeluarkan dan memilah pendapat untuk meraih hasil terbaik dengan memisahkannya dari yang tidak baik. Pendapat yang paling benar diambil sebagai putusan hasil musyawarah.
Kata amruhum (urusan mereka) berkaitan dengan objek yang bisa dimusyawarahkan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan urusan mereka serta berada di dalam kewenangannya. Kemudian mereka yang berwenanglah yang berhak melakukan musyawarah. Hal ini mengisyaratkan bahwa yang menjadi obyek masalah yang dapat dimusyawarahkan adalah masalah keduniaan dan kemasyarakatan, seperti masalah politik, kemasyarakatan dan sebagainya, bukan masalah ibadah mahdhah, karena menjadi wewenang mutlak Allah SWT.
Keempat, orang-orang yang menginfakkan sebagian rizki yang dianugerahkan kepadanya. Hal ini akan mendorong agar seseorang bekerja untuk memenuhi kebutuhannya dan sekaligus menginfakkan untuk orang lain. Allah swt memotivasi hamba-hamba-Nya yang beriman agar bisa mencapai keempat-empatnya. Mereka akan mendapat janji balasan yang jauh lebih baik dan lebih kekal dari apa yang diusahakannya.
INGAT!
I. Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d, atau e!
1. Turunnya QS. Ali Imran ayat 159 berkaitan dengan kegagalan Nabi Muhammad saw. dan umatnya dalam perang …
a. Badar b. Uhud c. Siffin d. Yarmuk e. Khandak
2. Sikap lemah lembut ysng dimiliki Nabi Muhammad saw. atas umatnya pada QS. Ali Imran ayat 159 merupakan …
a. anjuran Allah swt. kepada Nabi saw. dalam berdakwah
b. keharusan Nabi saw. dalam berdakwah
c. usaha Nabi saw dalam berdakwah
d. strategi dakwah
e. rahmat Allah
3. Kalimat yang bergaris bawah pada ayat diatas artinya …
a. lemah lembut c. minta ampun c. tawakal
b. keras hati d. memaafkan
4. Sifat dan sikap yang tidak berhati kasar kepada para pengikutnya, ditunjukan Nabi saw. ketika beliau …
a. memaafkan dan tidak memarahi mereka
b. tidak mencela pengikutnya yang melakukan kesalahan besar
c. tidak memarahi pengikutnya yang melakukan kesalahan besar
d. memaafkan dan memohonkan ampunan kepada Allah atas kesalahan meraka
e. tidak mengutuk mereka yang berbuat kesalahan fatal dan membahayakan umat Islam
5. Dimasukkannya semangat saling memaafkan dalam musyawarah mengandung hikmah …
a. menumbuhkan kesadaran bahwa kesalahan dalam musyawarah adalah hal yang wajar
b. menumbuhkan kesadaran bahwa manusia tidak ada yang luput dari kesalahan
c. dapat menghilangkan perasaan jengkel antar anggota musyawarah
d. dapat menjernihkan batin para anggota musyawarah
e. menjaga semangat kebersamaan
6. Orang-orang yang menyerahkan hasil akhir dari kerja keras dan perjuangan mereka dikenal dengan sebutan …
a. Tawakal c. muttaqun e. mutawakkilun
b. Mutawali d. mukhlisun
7. Arti penggalan ayat tersebut adalah …
a. apabila engkau ragu, maka bertawakallah kepada Allah
b. apabila engkau bertekad bulat, maka berdo’alah kepada Allah
c. apabila engkau membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah
d. apabila engkau tidak meragukan Allah, maka bertawakallah kepada-Nya
e. apabila engkau bertekad bulat, maka laksanakanlah dengan berdo’a kepada Allah
8. Kata musyawarah berasal dari bahasa Arab syawara yang secara etimologi berarti …
a. merundingkan sesuatu
b. mencari pendapat terbaik
c. mengeluarkan madu dari sarangnya
d. mencari ide terbaik dari dua orang atau lebih
e. mendapatkan ide dari pertemuan banyak orang
9. makna lafal yang digaris bawah pada ayat tersebut adalah …
a. orang yang beraktifitas secara tulus
b. memohon do’a kepada Tuhan mereka
c. orang-orang yang melaksanakan perintah Allah
d. orang yang melakukan apa yang diikrarkan kepada Allah
e. penerimaan yang tulus tanpa disertai keraguan atau kebencian
10. … … maksud potongan ayat tersebut adalah …
a. musyawarah tidak harus dilaksanakan
b. musyawarah dilaksanakan jika keadaan mendesak
c. masyarakat diberi keleluasaan melaksanakan musyawarah
d. untuk jalan pintas tidak harus melaksanakan musyawarah
e. penyelesaian masalah disesuaikan budaya dan adapt istiadat setempat
II. Jawablah pertanyaan-pertanyann di bawah ini dengan singkat dan jelas!
1. Jelaskan secara singkat kandungan QS. Ali Imran ayat 159!
2. Mengapa bersikap kasar dan berhati keras bisa membuat pengikut Nabi Muhammad saw. menjauhi beliau?
3. Uraikan pendapatmu tentang manfaat memenuhi serual Allah swt. dalam QS. asy-Syura ayat 38?
4. Berdasarkan QS. asy-Syura ayat 38, ada empat golongan orang yang memperoleh kenikmatan disisi Allah swt. Sebutka empat golongan tersebut!
5. Jelaskan hikmah system musyawarah yang tidak ditetapkan secara baku dalam Al-Qur’an!
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Baq, Muhammad Fuad, 1987, Al-Mu’jam al-Mufahrasy li Alfaz al-Qur’an al-Karim, Kairo: Dar al-Fikr.
Al-Hasani, Ilmi Zadah Faidhullah, 1988, Fathur Rahman li Thalabil Ayatil Qur’an, Mesir: Dar al-Kutub al-Islamiyah.
As-Shiddiqy, TM. Hasbi, 1974, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang.
Departemen Agama RI, 2006, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
Fauziyah, Lilis R.A. dan Andi Setyawan, 2008, Kebenaran Al-Qur’an Hadis, Jilid 1 untuk Kelas X Madrasah Aliyah, Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Tengah, 2004, Qur’an Hadits, Madrasah Aliyah Kelas X.
Khon, Abd. Majid dan Abd. Ghafur, 2007, Rahasia Warisan Nabi; Al-Qur’an dan Hadis X, Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani.
Matsna, Moh., 2008, Al-Qur’an Hadits Madrasah Aliyah Kelas XI, Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Qatthan, Manna’, 1978. Mabahits fi Ulumil Qur’an, Mesir: Majma’ Buhuts Ilmiyah.
Shihab, M. Quraisy, 1999, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan.
Yunus, Mahmud, 1987, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah/Penafsiran al-Qur’an.
MA Ma'arif Nurul Huda Patimuan adalah Lemabaga Pendidikan yang menggunakan sistem ganda, yang menjaga keseimbangan antara kemampuan kognisi dan psikomotor. MA Ma'arif Nurul Huda Patimuan juga menekankan penguasaan dua bahasa Yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris. Menggunakan kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013, dan berbasis keunggulan lokal.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar