Selasa, 25 September 2012

Memahami ayat-ayat al-Qur'an tentang demokrasi

PELAJARAN VI


Pemilihan ketua OSIS merupakan salah satu bentuk kegiatan berdemokrasi bagi siswa di madrasah dalam rangka mencari sosok pemimpin yang terbaik

STANDAR KOMPETENSI

Memahami ayat-ayat al-Qur'an tentang demokrasi


KOMPETENSI DASAR   

    Mengartikan QS. Ali ‘Imraan 159 dan QS. asy-Syuura: 38.
    Menjelaskan kandungan QS. Ali ‘Imraan  159 dan QS. asy-Syuura : 38.
    Menerapkan  perilaku hidup demokrasi seperti terkandung dalam QS. Ali ‘Imraan  159 dan QS Asy-Syuura: 38. dalam kehidupan sehari-hari

IFTITAH

Al-Qur’an tidak hanya menekankan pada masalah ibadah semata. Sebagai ajaran yang universal, al-Qur’an juga mengajarkan masalah-masalah kemasyarakatan yang berorientasi keduniaan. Salah satu ajaran mengenai urusan kemasyarakatan adalah konsep musyawarah sebagai cara terbaik dalam upaya mengambil keputusan untuk memecahkan suatu masalah. Dengan musyawarah, akan dapat diambil alternatif solusi terbaik karena mengedepankan proses mempertemukan banyak individu yang berbeda katar belakang pemahaman dan kepentingannya.
Diantara ayat yang mengajarkan prinsip dasar bermusyawarah yaitu: QS. Ali-‘Imran ayat 159 dan QS. asy-Syura ayat 38. Untuk mendapatkan pemahan lebih tentang prinsip musyawarah yang terkandung di dalamnya, mari kita telaah satu persatu.

URAIAN MATERI

A.    QS. ALI ‘IMRAN AYAT 159
1.    Lafaz Ayat
                              •       (ال عمران : ١٥٩) 
2.    Arti Mufradat
maka disebabkan       :
rahmat    فَبِمَا رَحْمَةٍ    mohonkanlah ampun      :
bagi mereka    وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ
dari Allah                   :    مِنَ اللهِ    dan bermusyawarahlah   :
dengan mereka    وَشَاوِرْهُمْ
kamu (Muhammad)   : berlaku lemah lembut    لِنْتَ    dalam urusan itu             :    فِى اْلأَمْرِ
terhadap mereka        :    لَهُمْ    kemudia apabila kamu   :
telah membulatkan tekad    فَإِذَا عَزَمْتَ
sekiranya kamu          : bersikap keras    وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا    maka bertawakkallah      :    فَتَوَكَّلْ
lagi berhati kasar       :    غَلِيْظَ الْقَلْبِ    kepada Allah                  :    عَلَى اللهِ
tentulah mereka         :
menjauhkan diri    لاَنْفَضُّوْا    sesungguhnya Allah       :    اِنَّ اللهَ
dari sekelilingmu       :    مِنْ حَوْلِكَ    menyukai                        :    يُحِبُّ
karena itu                   :
maafkanlah mereka    فَاعْفُ عَنْهُمْ    orang-orang yang           :
bertawakkal    اَلْمُتَوَكَّلِيْنَ

3.    Terjemahan Ayat
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali-‘Imran/3: 15)

4.    Penjelasan Ayat
Secara garis besar, ayat ini menjelaskan kepada kita tentang pentingnya bermusyawarah dalam memutuskan suatu urusan/hal terutama yang menyangkut masalah keduniawian untuk kemaslahatan bersama, serta sikap-sikap yang harus dikembangkan dalam proses bermusyawarah.

Pada awal ayat, Allah SWT. menjelaskan tentang sikap lemah lembut yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW. Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa perang Uhud, dimana sebelumnya beliau memerintahkan kepada para sahabat yang turut berperang untuk mentaati strategi yang beliau atur, yakni pasukan pemanah yang ditempatkan di atas bukit Uhud tidak boleh meninggalkan tempat. Namun, pada saat pasukan Muslim hampir mengalahkan pasukan kafir dan mereka meninggalkan harta bawaannya, pasukan yang berada di atas bukit tertarik untuk mengambil harta rampasan perang tersebut, sehingga mereka turun meninggalkan bukit Uhud, dan situasi seperti dimanfaatkan oleh Khalid bin Walid (yang kala itu masih menjadi panglima pasukan kafir) untuk menagmbil alih tempat yang ditinggalkan oleh pasukan Muslim. Akhirnya, justru pasukan Muslim mengalami kekalahan. Hal inipun tidak lantas menjadikan Nabi Muhammad SAW. Bersikap keras kepada pasukan Muslim. Beliau tetap bersikap lemah lembut dan bersabar. Nabi tetap memaafkan kesalahan mereka dan memohonkan ampunan bagi mereka. Kelemah lembutan beliau inilah yang menjadikan para sahabat beliau tetap setia. Allah menegaskan sekiranya beliau bersikap kasar dan keras hati, tentulah mereka akan menjauhkan diri dan meninggalkan beliau.
Ayat ini secara khusus memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan kepada kita untuk senantiasa bermusyawarah. Kata yang menjadi fokus perintah tersebut adalah وَشَاوِرْهُمْ فِى اْلأَمْرِ (bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu). Kata musyawarah berasal dari akar kata شَاوَرَ artinya: mengeluarkan madu dari sarang lebah.  Makna ini kemudian berkembang sehingga mencakup segala hal yang diambil atau dikeluarkan dari yang lain, termasuk dalam hal ini pendapat. Pada hakekatnya, kata musyawarah hanya digunakan untuk hal-hal yang baik sejalan dengan makna dasarnya.
Pada ayat ini disebutkan adanya sikap-sikap yang diperintahkan kepada Nabi Muhammad SAW. mengiringi perintah untuk bermusyawarah, yaitu :
Pertama, berlaku lemah lembut, tidak kasar, tidak berhati keras. Seseorang yang bermusyawarah, apalagi seorang pemimpin harus menghindari sikap kasar, arogan, mau menang sendiri, keras hati dan keras kepala.
Kedua, mau memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan berarti menghapus kesalahan yang dilakukan oleh seseorang. Dalam bermusyawarah sikap ini penting karena tidak mudah menyalahkan orang lain yang berbeda pendapat.
Ketiga, memohonkan ampunan kepada Allah. Ini mengisyaratkan sikap yang baik tidak saja kepada orang lain, tetapi wujud menjaga hubungan baik dengan Allah yang Maha Pengampun atas kesalahan dosa hamba-Nya yang mau memohon ampun.
Di akhir ayat, Allah SWT . menegaskan setelah proses musyawarah usai dan telah disepakati keputusan bersama, maka semua unsur dalam musyawarah harus memegang teguh kesepakatan tersebut dan menjadikannya sebagai keputusan terbaik, sehingga melaksanakan hasil musyawarah sesuai dengan kesepatakatan. Sikap yang harus dijaga adalah mengembalikan segala sesuatu kepada Allah SWT. Musyawarah sebagai ikhtiyar, hasilnya diserahkan kepada-Nya, bertawakkal kepada-Nya.

B.    QS. ASY-SYURA AYAT 38
1.    Lafaz Ayat
              (الشورى : ٣٨)

2.    Arti Mufradat
dan bagi orang-orang   :
yang    وَالَّذِيْنَ    (diputuskan) dengan    :
musyawarah    شُوْرَى
menerima (mematuhi)  :
seruan    اِسْتَجَابُوْا    antara mereka               :    بَيْنَهُمْ
Tuhanmu                      :    لِرَبِّهِمْ    dan sebagian dari rizki : yang Kami berikan    وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
dan mendirikan shalat  :    وَ أَقَامُوا الصَّلَوةَ    mereka menafkahkan   :    يُنْفِقُوْنَ
sedang urusan mereka  :     وَ أَمْرُهُمْ       

3.    Terjemahan Ayat

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.” (QS. asy-Syura/42: 38)
4.    Penjelasan Ayat

Untuk memahami isi kandungan ayat di atas, kita harus melihat juga ayat sebelumnya yaitu :
                       •      (الشورى : ٣٤-٣٧)
Artinya :
36. Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan Hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal.
37.Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan- perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.
(QS. asy-Syura/42: 36-37)

Pada ayat 36-37 surah asy-Syura tersebut, Allah SWT. Menegaskan bahwa apa yang ada di sisi Allah SWT. berupa pahala (surga) kelak di akhirat lebih baik dan lebih kekal dibandingkan dengan kenikmatan hidup di dunia. Pahala atau ganjaran berupa surga itu hanya akan diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki oleh Allah SWT., yaitu: orang-orang yang beriman, bertawakkal, menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan mudah memberikan maaf apabila mereka marah.
Selanjutnya pada ayat 38 surah asy-Syura, dijelaskan tentang empat golongan yang akan memperoleh kenikmatan abadi dari sisi Allah SWT. Mereka adalah:
Pertama, orang-orang yang benar-benar memenuhi seruan Allah swt. Kata istajabu bermakna penerimaan yang tulus tanpa disertai keraguan ataupun kebencian. Al-Qurtubi mengaitkan ayat ini dengan penerimaan yang tulus yang diperlihatkan oleh kaum anshar ketika menyambut seruan Rasulullah saw. untuk beriman pada risalah yang dibawanya
Kedua, orang-orang yang mendirikan shalat. Shalat dengan khusuk sesuai dengan syarat dan rukun serta dilakukan secara berkesinambungan.
Ketiga, orang-orang yang memutuskan persoalan di antara mereka dengan cara musyawarah. Menurut Quraisy Shihab, kata musyawarah diambil dari kalimat syirtu al-‘asal (saya mengeluarkan madu). Hasil musyawarah dipersamakan dengan madu, yaitu musyawarah merupakan usaha mengeluarkan dan memilah pendapat untuk meraih hasil terbaik dengan memisahkannya dari yang tidak baik. Pendapat yang paling benar diambil sebagai putusan hasil musyawarah.
Kata amruhum (urusan mereka) berkaitan dengan objek yang bisa dimusyawarahkan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan urusan mereka serta berada di dalam kewenangannya. Kemudian mereka yang berwenanglah yang berhak melakukan musyawarah. Hal ini mengisyaratkan bahwa yang menjadi obyek masalah yang dapat dimusyawarahkan adalah masalah keduniaan dan kemasyarakatan, seperti masalah politik, kemasyarakatan dan sebagainya, bukan masalah ibadah mahdhah, karena menjadi wewenang mutlak Allah SWT.
 Keempat, orang-orang yang menginfakkan sebagian rizki yang dianugerahkan kepadanya. Hal ini akan mendorong agar seseorang bekerja untuk memenuhi kebutuhannya dan sekaligus menginfakkan untuk orang lain. Allah swt memotivasi hamba-hamba-Nya yang beriman agar bisa mencapai keempat-empatnya. Mereka akan mendapat janji balasan yang jauh lebih baik dan lebih kekal dari apa yang diusahakannya.

INGAT!


I.    Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d, atau e!
1.    Turunnya QS. Ali Imran ayat 159 berkaitan dengan kegagalan Nabi Muhammad saw. dan umatnya dalam perang …
a.  Badar    b.  Uhud    c.  Siffin    d.  Yarmuk      e.  Khandak
2.    Sikap lemah lembut ysng dimiliki Nabi Muhammad saw. atas umatnya pada QS. Ali Imran ayat 159 merupakan …
a.    anjuran Allah swt. kepada Nabi saw. dalam berdakwah       
b.    keharusan Nabi saw. dalam berdakwah               
c.    usaha Nabi saw dalam berdakwah
d.    strategi dakwah
e.    rahmat Allah
       
3.    Kalimat yang bergaris bawah pada ayat diatas artinya …
a.    lemah lembut        c.  minta ampun        c.  tawakal
b.    keras hati            d.  memaafkan
4.    Sifat dan sikap yang tidak berhati kasar kepada para pengikutnya, ditunjukan Nabi saw. ketika beliau …
a.    memaafkan dan tidak memarahi mereka
b.    tidak mencela pengikutnya yang melakukan kesalahan besar
c.    tidak memarahi pengikutnya yang melakukan kesalahan besar
d.    memaafkan dan memohonkan ampunan kepada Allah atas kesalahan meraka
e.    tidak mengutuk mereka yang berbuat kesalahan fatal dan membahayakan umat Islam
5.    Dimasukkannya semangat saling memaafkan dalam musyawarah mengandung hikmah …
a.    menumbuhkan kesadaran bahwa kesalahan dalam musyawarah adalah hal yang wajar
b.    menumbuhkan kesadaran bahwa manusia tidak ada yang luput dari kesalahan
c.    dapat menghilangkan perasaan jengkel antar anggota musyawarah
d.    dapat menjernihkan batin para anggota musyawarah
e.    menjaga semangat kebersamaan
6.    Orang-orang yang menyerahkan hasil akhir dari kerja keras dan perjuangan mereka dikenal dengan sebutan …
a.    Tawakal            c. muttaqun            e.  mutawakkilun
b.    Mutawali            d.  mukhlisun
7.          Arti penggalan ayat tersebut adalah …
a.    apabila engkau ragu, maka bertawakallah kepada Allah
b.    apabila engkau bertekad bulat, maka berdo’alah kepada Allah
c.    apabila engkau membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah
d.    apabila engkau tidak meragukan Allah, maka bertawakallah kepada-Nya
e.    apabila engkau bertekad bulat, maka laksanakanlah dengan berdo’a kepada Allah
8.    Kata musyawarah berasal dari bahasa Arab syawara  yang secara etimologi berarti …
a.  merundingkan sesuatu            
b.  mencari pendapat terbaik            
c.  mengeluarkan madu dari sarangnya
d.  mencari ide terbaik dari dua orang atau lebih
e.  mendapatkan ide dari pertemuan banyak orang
             
9.    makna lafal yang digaris bawah pada ayat tersebut adalah …
a.    orang yang beraktifitas secara tulus
b.    memohon do’a kepada Tuhan mereka
c.    orang-orang yang melaksanakan perintah Allah
d.    orang yang melakukan apa yang diikrarkan kepada Allah
e.    penerimaan yang tulus tanpa disertai keraguan atau kebencian
10.    …    … maksud potongan ayat tersebut adalah …
a.    musyawarah tidak harus dilaksanakan
b.    musyawarah dilaksanakan jika keadaan mendesak
c.    masyarakat diberi keleluasaan melaksanakan musyawarah
d.    untuk jalan pintas tidak harus melaksanakan musyawarah
e.    penyelesaian masalah disesuaikan budaya dan adapt istiadat setempat
II.    Jawablah pertanyaan-pertanyann di bawah ini dengan singkat dan jelas!
1.    Jelaskan secara singkat kandungan QS. Ali Imran ayat 159!
2.    Mengapa bersikap kasar dan berhati keras bisa membuat pengikut Nabi Muhammad saw. menjauhi beliau?
3.    Uraikan pendapatmu tentang manfaat memenuhi serual Allah swt. dalam QS. asy-Syura ayat 38?
4.    Berdasarkan QS. asy-Syura ayat 38, ada empat golongan orang yang memperoleh kenikmatan disisi Allah swt. Sebutka empat golongan tersebut!
5.    Jelaskan hikmah system musyawarah yang tidak ditetapkan secara baku dalam Al-Qur’an!

DAFTAR PUSTAKA


Abdul Baq, Muhammad Fuad, 1987, Al-Mu’jam al-Mufahrasy li Alfaz al-Qur’an al-Karim, Kairo: Dar al-Fikr.
Al-Hasani, Ilmi Zadah Faidhullah, 1988, Fathur Rahman li Thalabil Ayatil Qur’an, Mesir: Dar al-Kutub al-Islamiyah.
As-Shiddiqy, TM. Hasbi, 1974, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang.
Departemen Agama RI, 2006, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
Fauziyah, Lilis R.A. dan Andi Setyawan, 2008, Kebenaran Al-Qur’an Hadis, Jilid 1 untuk Kelas X Madrasah Aliyah, Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Tengah, 2004, Qur’an Hadits, Madrasah Aliyah Kelas X.
Khon, Abd. Majid dan Abd. Ghafur, 2007, Rahasia Warisan Nabi; Al-Qur’an dan Hadis X, Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani.
Matsna, Moh., 2008, Al-Qur’an Hadits Madrasah Aliyah Kelas XI, Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Qatthan, Manna’, 1978. Mabahits fi Ulumil Qur’an, Mesir: Majma’ Buhuts Ilmiyah.
Shihab, M. Quraisy, 1999, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan.
Yunus, Mahmud, 1987, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah/Penafsiran al-Qur’an.

Memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang manusia dan tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi

PELAJARAN V


Bumi adalah tempat tinggal manusia. Di bumi inilah manusia diberi tugas berat sebagai Khalifatullah fil-Ardh untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

STANDAR KOMPETENSI
Memahami ayat-ayat al-Qur’an tentang manusia dan tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi

KOMPETENSI DASAR   
    Mengartikan QS. al-Mu’minuun: 12-14; QS. al-Nahl: 78; QS. al-Baqarah: 30 dan QS adz-Dzaariyat: 56
    Menjelaskan kandungan QS. al-Mu’minuun: 12-14; QS. al-Nahl: 78; QS. al-Baqarah: 30 dan QS. adz-Dzaariyat: 56
    Menerapkan perilaku sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi seperti terkandung dalam QS. al-Mu’minuun: 12-14; QS. an-Nahl: 78; QS. al-Baqarah: 30 dan QS. adz-Dzaariyat: 56
       
1.  Thaa Siin[1090] (Surat) Ini adalah ayat-ayat Al Quran, dan (ayat-ayat) Kitab yang menjelaskan,

[1090]  ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah Karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan Hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu.




IFTITAH

Manusia adalah makhluk Allah SWT. yang diciptakan dalam bentuk yang paling baik dan sempurna. Manusia merupakan makhluk Allah yang paling mulia. Kemuliaan manusia disebabkan karena manusia diciptakan dengan wujud yang lengkap yakni jasmani dan ruhani, disamping itu juga diberi sesuatu yang paling membedakan terhadap makhluk lain.
Di tinjau dari segi prosesnya,  penciptaan manusia merupakan serangkaian proses yang sangat unik dan menakjubkan. Hal itu menunjukkan bahwa Allah SWT. adalah Dzat yang Maha Besar dan Maha Kuasa. Allah SWT. adalah Dzat yang Maha Pencipta. Dan tidak ada yang dapat menandingi ciptaan-Nya.
Sebagai makhluk paling mulia dan  paling sempurna, manusia berbeda dengan makhluk Allah SWT. yang lain. Manusia mengemban misi atau tugas yang sudah dikehendaki oleh Allah, sang Pencipta. Salah satu misi utamanya adalah dipilihnya manusia untuk menjadi khalifatullah fil-ardh. Untuk memahaminya lebih mendalam, marilah kita cermati beberapa ayat al-Qur’an yang menjelaskan proses penciptaan manusia, proses manusia setelah dilahirkan, tugas dan tujuan manusia diciptakan.


URAIAN MATERI
A.    QS. AL-MU’MINUN AYAT 12-14
1.    Lafaz Ayat
Sebelum kita fahami secara lebih mendalam isi kandungannya, marilah kita baca dengan fasih QS. al-Mu’minun ayat 12-14 berikut ini
             •                         (المؤمنون : ١٢-١٤)
2.    Arti Mufradat
dan sesungguhnya          :    وَلَقَدْ    kemudian Kami     : jadikan    فَخَلَقْنَا
Kami (Allah) telah         :
menciptakan    خَلَقْنَا    segumpal daging   :    مُضْغَةً
manusia                          :    اَلإِنْسَانَ    tulang-belulang     :    عِظَامًا
dari suatu saripati           :     مِنْ سُلاَلَةٍ    lalu kami bungkus :    فَكَثَوْنَا
(berasal) dari tanah        :    مِنْ طِيْنٍ    daging                   :    لَحْمًا
kemudian Kami jadikan : saripati tanah itu    ثُمَّ جَعَلْنَاهُُ    kemudian Kami     :
jadikan dia    ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ
air mani                          :    نُطْفَةً    makhluk yang       :
(berbentuk) lain    خَلْقًا أخَرَ
dalam tempat yang        :
kokoh (rahim)    فِيْ قَرَارٍ مَكِيْنٍ    maka Maha Suci   :
Allah    فَتَبَارَكَ اللهُ
kemudian Kami              :
jadikan    ثُمَّ خَلَقْنَا    Pencipta yang       :
paling baik    اَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ
segumpal darah              :    عَلَقَةً       
3.    Terjemahan Ayat
12. Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (QS. al-Mu’minun/23: 12-14)
4.    Penjelasan ayat
QS. al-Mu’minun ini menerangkan tentang proses penciptaan manusia yang sangat unik. Proses penciptaan manusia diuraikan mulai unsur pertamanya, proses perkembangan dan pertumbuhannya di dalam rahim, sehingga menjadi makhluk yang sempurna dan siap lahir menjadi seorang anak manusia.
Pada ayat 12, Allah SWT. menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari sari pati yang berasal dari tanah (سُلاَلَةٍ مِنْ طِيْنٍ). Selanjutnya, pada ayat 13, dengan kekuasaan-Nya saripati yang berasal dari tanah itu dijadikan-Nya menjadi nutfah (air mani). Dalam istilah biologi, air mani seorang laki-laki disebut sel sperma dan air mani wanita disebut sel telur (ovum). Ketika keduanya bertemu dalam proses konsepsi atau pembuahan, maka kemudian tersimpan dalam tempat yang kokoh yaitu rahim seorang wanita.
Selanjutnya, pada ayat 14 dijelaskan ketika berada di dalam rahim seorang wanita tersebut, selama kurun waktu tertentu (40 hari) nutfah tersebut berkembang menjadi ’alaqah (segumpal darah), kemudian dalam kurun waktu tertentu pula (40 hari) ’alaqah berubah menjadi mudghah (segumpal daging), lalu selama kurun waktu tertentu (40 hari) berubah menjadi tulang-belulang yang terbungkus daging, dan akhirnya tumbuh dan berkembang menjadi anak manusia, sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut (kemudian Kami menjadikan dia makhluk yang berbentuk lain).
Dalam teori biologi, dijelaskan bahwa manusia berasal dari pertemuan antara sperma seorang laki-laki dengan sel telur (ovum) seorang wanita yang berlangsung di dalam saluran oviduc pada saat ovulasi pada tubuh seorang wanita yang kemudian disebut dengan pembuahan. Kemudian  akan dihasilkan zygot yang bergerak ke dalam rahim lalu menempel pada dinding rahim. Di dalam rahim, zygot akan berkembang menjadi embrio kemudian menjadi janin. Dalam perkembangan berikutnya, janin siap lahir setelah melalui masa tertentu. Selama di dalam rahim sampai lahir, asupan makanan diperoleh melalui saluran yang menempel pada dinding rahim yang disebut plasenta. Gambaran yang demikian telah dijelaskan dalam ayat-ayat tersebut.
Sebagai penguatan terhadap penjelasan tersebut, Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits beliau menjelaskan :
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ   ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ….(رواه البخاري و مسلم)             
Artinya :
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud ra. beliau berkata : Rasulullah SAW. menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan : Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya...(HR. Bukhori dan Muslim).
Yang menjadi sangat menakjubkan adalah bahwa ketika al-Qur’an diturunkan, pemahaman manusia terhadap proses kejadian manusia masih belum sampai pada penggambaran yang sangat detail seperti yang digambarkan ayat-ayat tersebut. Namun, al-Qur’an menggambarkannya dengan sedemikian detail dan gamblang. Bahkan Rasulullah SAW. yang dikenal sebagai seorang Nabi yang ummi, justru bisa menjelaskan dalam hadits di atas. Dan dalam era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semua yang digambarkan dalam ayat al-Qur’an dan kemudian dijelaskan lebih detail lagi oleh Nabi Muhammad SAW. ternyata semuanya terbukti benar. Ini menunjukkan bahwa al-Qur’an adalah benar-benar wahyu Allah SWT. Apa yang dikandung di dalamnya adalah kebenaran hakiki dan bersifat mutlak (absolut).
B.    QS. AN-NAHL AYAT 78
1.    Lafadz Ayat
    •              (النحل : ٧٨)

2.    Arti Mufradat
dan Allah                 :    وَاللهُ    dan Dia memberi       :
kamu    وَجَعَلََ لَكُمْ
mengeluarkan kamu:    أَخْرَجَكُمْ    pendengaran              :    اَلسَّمْعَ
dari perut                 :    مِنْ بُطُوْنِ    dan penglihatan         :    وَاْلأَبْصَار
ibumu                      :     اُمَّهَاتِكُمْ    dan hati                      :    وَاْلأَفْئِدَةَ
tidak mengetahui     :    لاَ تَعْلَمُوْنَ    agar kamu bersyukur :          لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
sesuatupun               :    شَيْئًا       
3.    Terjemahan Ayat
”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”  (QS. an-Nahl/16: 78)

4.    Penjelasan ayat
Ayat 78 surah an-Nahl ini masih erat kaitannya dengan surah al-Mu’minun ayat 12-14 sebagaimana dijelaskan diatas. Pada ayat ini, Allah SWT. menegaskan bahwa ketika seorang anak manusia dilahirkan ke dunia, dia tidak tahu apa-apa. Dengan kekuasaan dan kasih sayang-Nya, Allah SWT. membekalinya dengan atribut pelengkap yang nantinya dapat berfungsi untuk mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya tidak pernah diketahui. Atribut-atirbut tersebut ialah berupa tiga unsur penting dalam proses pembelajaran bagi manusia, yaitu : pendengaran, penglihatan dan hati/akal pikiran.
Yang menarik untuk ditelaah, bahwa ternyata pendengaran adalah unsur penting yang pertama kali digunakan bagi orang yang belajar guna memahami segala sesuatu. Menurut sebuah teori penemuan modern, bayi yang masih dalam kandungan bisa menangkap pesan yang disampaikan dari luar dan ia sangat peka. Maka ada ahli yang menyarankan agar anak nantinya berkembang dengan kecerdasan tinggi dan kehalusan budi, hendaknya selama di dalam kandungan ia sering diperdengarkan musik klasik dan irama-irama yang lembut. Atau kalau dalam konteks Islam, hendaknya bayi dalam kandungan sering diperdengarkan ayat-ayat suci al-Qur’an, kalimah-kalimah thayyibah. Karena diyakini bahwa sang bayi dapat menangkap pesan menlalui pendengaran itu.
Dalam proses memahami dan mempelajari segala sesuatu, manusia menangkapnya dengan pendengaran, diperkuat dengan penglihatan dan akhirnya disimpan dalam hati sebagai ilmu pengetahuan.
Akhirnya setelah manusia menyadari bahwa dahulu ketika lahir tidak satupun yang bisa diketahui, kemudian atas kemurahan Allah SWT. yang telah memberikan pendengaran, penglihatan dan hati/akal pikiran, manusia bisa mengetahui segala sesuatu dalam hidupnya. Puncaknya, kesadaran tersebut sudah seharusnya mendorong rasa bersyukur yang teramat besar kepada yang telah berkuasa memberikan itu semua. Oleh karena itu, pada akhir ayat, Allah SWT. menegaskan bahwa itu semua diberikan kepada manusia agar manusia mau bersyukur kepada-Nya. Rasa syukur itu kemudian harus diwujudkan dengan pengakuan, ketundukan, ketaatan, kepatuhan yang diekspresikan dalam bentuk keimanan dan direalisasikan dalam bentuk beribadah kepada-Nya. Dia-lah Allah SWT. Dzat yang Maha Pencipta, Dzat yang Maha Pemurah, Dzat yang Maha Kuasa, Dzat yang Maha Besar dan Dzat yang berhak disembah oleh sekalian makhluk.

C.    QS. AL-BAQARAH AYAT 30
1.    Lafaz Ayat
                     •            (البقرة : ٣٠)
2.    Arti Mufradat
dan ingatlah ketika  :
berfirman    وَاِذْ قَالَ    orang yang akan membuat:
kerusakan padanya    مَنْ يُفْسِدُ فِيْهَا
Tuhanmu                 :    رَبُّكَ    dan menumpahkan            :    وَيَسْفِكُ
kepada para             :
malaikat    لِلْمَلاَئِكَةِ    darah                                 :    اَلدِّمَاءَ
sesungguhnya Aku  :
(Allah)    اِنِّيْ    padahal kami senantiasa   : bertasbih    وَنَحْنُ نُسَبِّحُ
hendak menjadikan :     جَاعِلٌ    dengan memuji Engkau    :    بِحْدِكَ
di muka bumi          :    فِى اْلأَرْضِ    dan mensucikan Engkau   :    وَنُقَدِّسُ لَكَ
seorang khalifah      :    خَلِيْفَةً    Tuhan berfirman               :    قَالَ
mereka (malaikat)   :
berkata    قَالُوْا    sesungguhnya Aku           :
mengetahui    اِنِّيْ أَعْلَمُ
mengapa Engkau     :
hendak menjadikan    أَتَجْعَلُ    apa yang tidak kamu         :
ketahui    مَا لاَ تَعْلَمُوْنَ
di bumi itu               :    فِيْهَا       
3.    Terjemahan Ayat
”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku (Allah) hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. al-Baqarah/2: 30)

4.    Penjelasan Ayat
Dalam ayat 30 surah al-Baqarah ini, kita disuguhi informasi bahwa sebelum Allah SWT. menciptakan manusia pertama yakni Adam as. hal tersebut sudah disampaikan kepada para malaikat. Diilustrasikan dalam ayat tersebut, terjadi dialog antara Allah SWT. dengan malaikat. Allah SWT. menyampaikan kepada para malaikat bahwa Allah SWT. hendak menjadikan khalifah di muka bumi yaitu manusia. Apakah yang dimaksud khalifah itu?. Khalifah berarti pengganti, yang menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang. Ulama’ ada yang mengartikan bahwa khalifah ialah yang menggantikan Allah SWT. dalam menegakkan hukum-hukum-Nya di muka bumi. Allah SWT. menunjuk manusia sebagai khalifah merupakan penghormatan kepadanya karena kelebihannya dibandingkan makhluk selain manusia, tak terkecuali malaikat. Dengan menunjuk manusia sebagai khlaifah, Allah SWT. juga bermaksud mengujinya sejauh mana manusia bisa melaksanakan amanah sebagai khalifah Allah SWT. di muka bumi. 
Ketika Allah SWT. menyampaikan rencana tersebut, malaikat menyampaikan ”Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”  Bila dikaji dengan baik, pernyataan malaikat tersebut bukan pertanda keberatan atas rencana Allah SWT. tersebut. Perlu diingat bahwa malaikat adalah makhluk yang sangat taat dan patuh terhadap Allah SWT., tidak mungkin malaikat menentang dan mendurhakai-Nya, termasuk terhadap rencana menjadikan khalifah di muka bumi ini. Namun demikian, pertanyaan malaikat tersebut dapat diasumsikan beberapa hal. Pertama, bisa jadi hal itu berdasarkan pengalaman mereka sebelum terciptanya manusia dimana ada makhluk yang berlaku merusak dan menumpahkan darah. Kedua, atau bisa juga malaikat menduga bahwa karena yang akan ditugaskan menjadi khalifah bukan malaikat, maka tentunya makhluk ini berbeda dengan mereka yang senantiasa bertasbih dan memuji Allah SWT. Ketiga, bisa juga karena dari penamaan Allah SWT. terhadap makhluk yang akan diciptakan dengan sebutan khalifah. Kata khalifah ini mengisyaratkan pelerai perselisihan dan penegak hukum, sehingga dengan demikian pasti ada diantara mereka yang berbuat kerusakan, perselisihan dan pertumpahan darah. Wallahu a’lam. Tetapi, apapun latar belakang pertanyaan malaikat tersebut, yang pasti malaikat hanya bertanya kepada Allah SWT. bukan menunjukkan keberatan terhadap rencana Allah SWT.
Kemudian dalam ayat tersebut, diketahui bahwa pertanyaan malaikat itu dijawab singkat oleh Allah SWT.: ”Sesungguhnya Aku (Allah) mengetahui apa yang kamu tidak ketahui”. Jawaban Allah SWT. tersebut juga diperkuat bahwa manusia memang layak ditugasi sebagai khalifah di muka bumi karena kelebihan manusia jika dibandingkan makhluk lain termasuk malaikat. Kelebihan yang sangat nyata adalah kelengkapan unsur penciptaan manusia, yaitu jasad fisik, ruh termasuk di dalamnya nafsu, dan yang terpenting kelebihan akal pikrian yang dikaruniakan Allah SWT. kepada manusia.
Dalam ayat selanjutnya yaitu QS. al-Baqarah ayat 31-32, Allah SWT. menyatakan kelebihan manusia dibandingkan makhluk lainnya.
                         •       (البقرة : ٣١-٣٢)
Artinya :
31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!"
32. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. al-Baqarah/2: 31-32)

D.    QS. AZ-ZARIYAT AYAT 56
1.    Lafaz Ayat
        (الذاريات : ٥٦)

2.    Arti Mufradat
dan tidak                 :    وَمَا     dan manusia                      :    وَاْلإِنْسَ
Aku menciptakan    :    خَلَقْتُ    melainkan supaya mereka :
mengabdi kepada-Ku    اِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ
jin                            :    اَلْجِنَّ       
3.    Terjemahan Ayat
”Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”(QS.Az-Zariyat/51: 56)

4.    Penjelasan Ayat
Allah menegaskan dalam QS.Az-Zariyat ayat 56 bahwa tujuan diciptakannya jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada-Nya. Beribadah dalam arti menyembah, mengabdi, menghamba, tunduk, tata dan patuh terhadap segala yang dikehendaki-Nya. Ketundukan, ketaatan dan kepatuhan dalam kerangka ibadah tersebut harus menyeluruh dan total, baik lahir maupun batin. Tujuan ibadah adalah untuk mencari ridha Allah SWT.
Secara garis besar, ibadah dapat dibedakan menjadi dua yaitu: ibadah mahdhah yakni ibadah yang telah ditetapkan ketentuan pelaksanaannya, seperti: shalat, puasa, zakat dan haji; dan ibadah ghairu mahdhah yakni ibadah yang belum ditetapkan ketentuan secara khusus dalam pelaksanaannya. Sebagai contoh, ibadah melalui menyantuni fakir miskin, berbuat baik, dan hal-hal lain dalam bentuk mu’amalah.
Ibadah merupakan bukti rasa syukur manusia kepada Allah SWT. yang telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk dan yang dengan kemurahan-Nya Allah SWT. memberikan fasilitas hidup. Sikap tersebut sudah seharusnya dimiliki oleh setiap manusia, apabila manusia mempunyai kesadaran akan hak itu. Lain halnya apabila manusia tidak mempunyai kesadaran untuk mensyukuri segala yang telah diberikan oleh Allah SWT., maka ia akan menjadi manusia yang tidak mau tunduk, tidak mau taat dan mengingkari Allah SWT. dengan tidak mau beribadah kepada-Nya.
Rasulullah SAW. sebagai teladan kita telah mengajarkan bahwa ibadah bukan saja kewajiban tetapi kebutuhan kita untuk berteima kasih ataupun bersyukur kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadits beliau bersabda :
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُومُ مِنْ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلَا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا ... (رواه البخاري)
Artinya :
Dari ‘Aisyah ra. Bahwasannya Nabi SAW. mendirikan (shalat) pada sebagian malam hingga pecah-pecah kulit kaki beliau, lalu ‘Aisyah bertanya : “mengapakah engkau melakukan ini wahai Rasulullah, sedangkan Allah telah mengampuni dosa-dosa yang telah lalu dan yang akan datang?” Nabi SAW. menjawab : “Tidakkah aku senang jika aku menjadi seorang hamba (manusia) yang bersyukur (berterima kasih) kepada Allah...” (HR.Bukhari)

INGAT!
































































I.    Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d, atau e!
1.         
Ayat diatas mengaskan bahwa manusia diciptakan dari …
a.    tanah               
b.    tulang rusuk
c.    sari pati tanah
d.    kuasa Allah swt.
e.    manusia laki-laki dan perempuan
2.    Di antara salah datu proses perkembangan manusia ada istilah mudgah, artinya…
a.    segumpal daging       
b.    tulang belulang   
c.    segumpal  darah   
d.    tulang dibungkus daging
e.    sesuatu yang menempel
   
3.    Terjemahan ayat diatas adalah “Maha suci Allah, …”
a.    Tuhan pencipta makhluk   
b.    pencipta yang paling baik     
c.    penolong yang paling baik   
d.    pembela yang paling baik
e.    pemberi yang paling baik
…      …
4.    Dalam perkembangan fungsi indra pada seorang bayi menurut ayat diatas, urutan perkembangannya adalah …
a.    penglihatan, pendengaran dan hati       
b.    pendengaran, hati dan penglihatan   
c.    penglihatan, hati dan pendengaran
d.    hati, penglihatan dan pendengaran
e.    pendengaran, penglihatan dan hati
5.    Telinga dan mata digunakan untuk menangkap obyek pengetahuan yang bersifat …
a.    materiil
b.    immateri           
c.    penerapan           
d.    penjelasan
e.    penerapan pada akal
6.    Manusia ditugaskan sebagai khalifah, maksudnya …
a.    wakil
b.    melaksanakan tugas
c.    pemimpin di muka bumi
d.    penegak hukum di antara manusia
e.    merupakan amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt.
7.    Dalam QS. Al-Baqarah ayat 30, malaikat menyatakan bahwa setelah manusia berada di muka bumi, ia akan …
a.    berbuat aniaya       
b.    melestarikan alam
c.    membuat kerusakan
d.     melaksanakan ibadah
e.    suka memberi pertolongan
8.    Secara bahasa, ibadah berarti …
a.    ikhtiar
b.    kanaah           
c.    tawakal
d.    istikamah
e.    tunduk dan patuh
9.    Menurut riwayat Ali bin Abu Thalhah, beribadah berarti …
a.    Menyendiri           
b.    koreksi diri           
c.    merenung diri
d.    mencari jati diri
e.    mengakui diri sebagai hamba Allah
10.    Yang termasuk ibadah gairu mahdah adalah …
a.    rasa syukur   
b.    rasa hormat            d. 
c.    perjanjian
d.    Pemujaan
e.    kasihan
II.    Jawablah pertanyaan-pertanyann di bawah ini dengan singkat dan jelas!
1.    Uraikan proses perkembangan diciptakannya manusia dalam QS. Al-Mukminun ayat 12-14!
2.    Bagaimana cara kalian mensyukuri nikmat Allah swt setelah memahami QS. An-Nahl ayat 78?
3.    Pelajaran apa yang terkandung adalam QS. AL-Baqarah ayat 30?
4.    Uraikan maksud QS. Al-Baqarah ayat 31!
5.    Jelaskan yang dimaksud ibadah!

Memahami cara-cara mencari surat dan ayat dalam al-Qur'an

PELAJARAN IV

Bayangkan seandainya kita akan mencari ayat yang kita butuhkan, apakah satu persatu ayat akan kita lihat. Berapa lama kita dapat menemukannya. Atas rahmat Allah SWT., telah ada diantara umat Islam sendiri yang menemukan cara untuk mencari ayat dengan cara praktis.

STANDAR KOMPETENSI

Memahami cara-cara mencari surat dan ayat dalam al-Qur'an

KOMPETENSI DASAR

    Menunjukkan kitab-kitab yang berhubungan dengan cara-cara mencari surat dan ayat dalam al-Qur'an
    Menerapkan cara-cara mencari surat dan ayat dalam al-Qur'an
    Fungsi al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari











IFTITAH

Tentunya kalian telah mengetahui bagaimana cara mencari surah dan ayat al-Qur’an, apabila nama surat dan ayatnya disebutkan. Misalnya, carilah surah an-Nahl ayat 97. Langkah-langkah yang kalian lakukan untuk mencari surah dan ayat tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Mencari nama surah (an-Nahl) pada daftar urutan surah-surah dalam al-Qur’an yang tersedia pada mushaf (kitab) al-Qur’an. An-Nahl adalah surah ke-16 dalam al-Qur’an.
2.    Kemudian perhaikan kolom halaman (shahifah) yang ada pada daftar tersebut. Ingat, halaman yang tertulis menunjukkan awal ayat surah yang dimaksud.
3.    Selanjutnya adalah mencari ayat yang dimaksud sesuai petunjuk tersebut, dan kalian akan menemukan ayat yang dimaksud (surah an-Nahl ayat 97), yaitu sebagai berikut :
         •    •       (النحل : ٩٧)
Namun, persoalan akan muncul manakala kalian diminta untuk mencari suatu ayat dari surah tertentu, sementara kalian tidak hafal ayat itu, atau yang diketahui hanyalah sebagian atau sepenggal ayat saja. Nah, untuk itu, kalian dapat menggunakan pedoman cara mencari surah dan ayat al-Qur’an dengan suatu kitab sejenis kamus/indeks yang akan membantu mempermudah untuk mencari ayat tertentu, tentunya dengan memahami teori dasar penggunaannya. Diantara kitab  tersebut adalah : Mu’jam al-Mufahras li-Alfazh al-Qur’an (karya : Muhammad Fuad Abd al-Baqiy) dan Fathur-Rahman li Thalibi Ayatil-Qur’an (karya : Syeikh ‘Ilmi Zadeh Faidullah al-Hasaniy al-Maqdisiy)


URAIAN MATERI

A.    MU’JAM AL-MUFAHRAS LI ALFAZH AL-QUR’AN        (مُعْجَمُ الْمُفَهْرَسْ ِلأَلْفَـاضِ الْقُرْءَانِ)
Kitab ini disusun oleh Muhammad Fuad Abd al-Baqiy. Untuk dapat menggunakan kitab ini dalam rangka mencari suatu ayat al-Qur’an, ada kemampuan dasar yang harus dikuasai, yaitu: memahami akar kata dari kata kunci yang akan dijadikan sebagai patokan untuk mencari kelengkapan ayat. Apabila kata kunci itu bentuknya fiil, maka harus dikembalikan kepada kata kerja asal yaitu fiil tsulastsi mujarrad (fiil yang terdiri dari 3 huruf). Apabila bentuknya isim, maka harus dikembalikan terlebih dahulu kepada akar katanya yaitu isim mufrad (kata tunggal). Bagi pemula yang belum begitu memahami perubahan bentuk kata (tashrif) maka bisa dengan teori coba-coba.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mencari ayat tertentu dengan menggunakan kitab ini adalah sebagai berikut :
1.    Tentukan satu kata mana saja (fi’il atau isim) untuk dijadikan kata kunci.
2.    Kalau kata yang dijadikan kata kunci tersebut belum berupa akar kata, maka harus dikembalikan terlebih dahulu kepada akar katanya.
3.    Setelah ditemukan akar katanya, maka carilah bab sesuai dengan huruf pertama dari akar kata tersebut.
4.    Setelah diketemukan bab yang dimaksud, kemudian telusuri kata demi kata pada bab tersebut sampai ditemukan akar kata sesuai dengan kata kuncinya. Kemudian telusuri terus sampai diketemukan kata kunci yang dimaksud.
5.    Selanjutnya, dengan cermat carilah penggalan-penggalan ayat sampai diketemukan penggalan ayat yang diminta.
6.    Setelah diketemukan, maka pahami redaksinya secara berurutan, yaitu: penggalan ayat, nomor ayat, kode ayat makkiyah/madaniyah, nama surat, dan nomor urut surat dalam al-Qur’an, kemudian carilah dalam mushaf al-Qur’an sesuai petunjuk tersebut.
  
Mari kita coba praktekkan cara mencari ayat dan surah berdasarkan langkah-langkah di atas. Misalnya, carilah surat apa dan ayat berapa penggalan ayat berikut :
اِنَّمَا يَخْشَى اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَـاءُ
Untuk mencari ayat tersebut berada di dalam surah apa dan ayat berapa, kita bisa berpedoman pada langkah-langkah tersebut di atas, yaitu sebagai berikut :
1.    Tentukan satu kata mana saja (fiil atau isim) untuk dijadikan kata kunci. Kata yang bisa dijadikan sebagai kata kunci adalah : يَخْشَى-اللهُ-عِبَاد-عُلَمَاءُ Sebagai contoh kita tentukan kata kuncinya adalah : يَخْشَى
2.    Karena bentuknya fiil mudhari’, maka harus ditentukan akar katanya yaitu خَشِيَ
3.    Langkah selanjutnya adalah mencari pada bab sesuai huruf pertama dari akar kata tersebut, yaitu pada bab    خ
4.    Kemudian telusuri kata demi kata, lafaz demi lafaz hingga diketemukan kata yang sesuai dengan kata kunci, kemudian telusuri terus sampai pada kata kuncinya yaitu   يَخْشَى
5.    Selanjutnya, telusuri dengan cermat penggalan-penggalan ayat yang ada, dan ternyata kata tersebut terdapat di dalam beberapa ayat, hingga diketemukan penggalan ayat yang diminta yaitu sebagai berikut :
اِنَّمَا يَخْشَى اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَـاءُ  ٢٨ ك  فاطر ٣٥
6.    Urutan redaksi tersebut maksudnya adalah :
اِنَّمَا يَخْشَى اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَـاءُ    =    Penggalan ayat
٢٨    =    No ayat
ك    =    Kode ayat makkiyah
فاطر    =    Nama surat (Fatir)
۳۵    =    No urut surat (Fatir/35)

Artinya, ayat tersebut berada dalam surat Fatir ayat 28, surat Fatir adalah surat yang ke-35, dan ayat tersebut termasuk ayat makkiyah
Secara lengkap ayat tersebut berbunyi :
 ••                    (فاطر : ٢٨)
Artinya :

“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS.Fatir/35:28)



B.    FATHUR-RAHMAN LI  THALIBI AYAT AL-QUR’AN
(فَتْحُ الرَّحْمَنِ لِطَـالِبِ ﺁيَاتِ الْقُرْءَانِ)
Kitab ini disusun oleh Syeikh ‘Ilmi Zadeh Faidullah al-Hasaniy al-Maqdisiy. Pada dasarnya, cara mencari surah dan ayat dengan menggunakan kitab ini sama dengan kitab Mu’jam al-Mufahras li alfazh al-Qur’an al-karim. Namun, caranya sedikit agak sulit karena terdapat perbedaan diantara keduanya, yaitu antara lain :
a.    Jika di dalam Mu’jam, nama surat langsung disebutkan, di dalam Fathur-Rahman hanya berupa kode surat. Jadi, harus memahami lagi kode-kode surat yang telah disediakan pada halaman daftar rumus surat (hal. ط-ي). Apabila pada kode surat hanya ditandai dengan tanda (-) berarti sama dengan kode surat sebelumnya.
b.    Tidak terdapat kode yang menjelaskan jenis ayat berdasarkan periode turunnya ayat (makkiyah/madaniyah)
c.    Tidak dicantumkan nomor urut surat. Nomor urut surat dicantumka pada daftar rumus surat.
d.    Penggalan-penggalan ayatnya tidak berharakat.
e.    Terkadang ada beberapa penggalan yang nomor ayatnya kurang tepat, dan setelah diteliti secara cermat ternyata ayat yang dimaksud berada pada ayat sebelum atau sesudahnya.
Marilah kita coba mencari surah dan ayat dengan menggunakan pedoman kitab Fathur-Rahman.
Misalnya : carilah surah dan ayat dimana penggalan ayat berikut?
وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ
Untuk mencari ayat tersebut. Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1.    Tentukan satu kata mana saja (fi’il atau isim) untuk dijadikan kata kunci.
Misalnya :  قُلُوْبِنَا
2.    Kalau kata yang dijadikan kata kunci tersebut belum berupa akar kata, maka harus dikembalikan terlebih dahulu kepada akar katanya.
Karena masih berbentuk isim jama’ (قُلُوْب), maka harus dikembalikan kepada bentuk isim mufradnya yaitu قَلْبٌ
3.    Setelah ditemukan akar katanya, maka carilah bab sesuai dengan huruf pertama dari akar kata tersebut, yaitu huruf    ق
4.    Setelah diketemukan bab yang dimaksud, kemudian telusuri kata demi kata pada bab tersebut sampai ditemukan akar kata sesuai dengan kata kuncinya. Kemudian telusuri terus sampai diketemukan kata kunci yang dimaksud yaitu قُلُوْب
5.    Selanjutnya, dengan cermat carilah penggalan-penggalan ayat sampai diketemukan penggalan ayat yang diminta. Akhirnya akan diketemukan redaksi sebagai berikut :
حشر  ۱۰  ولا تجعل في قلوبنا غلا
    Maksud redaksi tersebut adalah :
حشر    =    Kode surat al-Hasyr
۱۰    =    Nomor ayat
ولا تجعل في قلوبنا غلا    =    Penggalan ayat

Kesimpulannya, ayat tersebut berada pada surah al-Hasyr ayat 10. Bunyi ayat tersebut secara lengkap adalah sebagai berikut :
                    •     (الحشر : ١٠)
Artinya :

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS.Al-Hasyr/59:10)

























   












































































































I.    Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X) pada huruf  A, B, C, D, atau E !

1.    Al-Qur’an terdiri dari …juz, …surah dan ,,,, ayat
a.    30 juz, 114 surah, 6.326 ayat
b.    30 juz, 113 surah, 6.236 ayat
c.    30 juz, 112 surah, 6.236 ayat
d.    30 juz, 111 surah, 6.236 ayat
e.    30 juz, 110 surah, 6.236 ayat
2.    Surat kedua dalam al-Qur’an adalah surah…
a.    Al-Fatihah
b.    Al-Baqarah
c.    Ali ‘imran
d.    An-Nisa’
e.    Al-Maidah
3.    Kitab Mu’jzam al-Mufahras li alfazh al-Qur’an disusun oleh…
a.    Muhamad Fuad al-Hasany
b.    Muhamad Fuad Abd al-Baqy
c.    Syeikh Ilmi Zadeh al-Hasany
d.    Syeik Muhammad Abduh
e.    Syeikh Muhamad Khudhary Beik
4.    Sedangkan kitab Fathur-Rahman disusun oleh…
a.    Muhammad Fuad al-Hasany
b.    Muhammad Fuad Abd al-Baqy
c.    Syeikh Ilmi Zadeh al-Hasany
d.    Syeikh Muhammad Abduh
e.    Syeikh Muhammad Khudhary beik
5.    Langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengetahui suatu ayat, baik dengan Mu’jam maupun Fathur-Rahman adalah…
a.    Menentukan nomor ayat
b.    Menentukan jumlah kata
c.    Menentukan kata kunci
d.    Menentukan kata dasar
e.    Menentukan nomor urut
6.    Perbedaan yang mendasar antara kitab Mu’jam dan Fathur-Rahman adalah…
a.    Di Mu’jam ada nomor ayat, Fathur-Rahman tidak ada
b.    Di Mu’jam ada nomor surat, Fathur-Rahman tidak ada
c.    Di Mu’jam ada kode surat, Fathur-Rahman tidak ada
d.    Di Mu’jam ada nama surat, Fathur-Rahman hanya kode
e.    Di Mu’jam ada halaman surat, Fathur-Rahman tidak ada
7.    Kode  ما  dalam kitab Fathur-Rahman adalah kode surat…
a.    Al-Maidah
b.    Al-Mujadalah
c.    Al-Mumtahanah
d.    Maryam
e.    Muhammad
8.    Kode    سر dalam kitab Fathur-Rahman adalah kode surat.…
a.    al-Fath
b.    al-Hasyr
c.    al-Nahl
d.    al-Isra’
e.    Saba’
9.    انما يخشى الله من عباده العلماء ٢٨  ك  فاطر ٣٥. Angka ٢٨ dalam kitab Mu’jam maksudnya…
a.    Nomor surat
b.    Nomor ayat
c.    Halaman ayat
d.    Halaman surat
e.    Jumlah ayat
10.    Sedangkan angka ٣٥ maksudnya…
a.    Nomor surat
b.    Nomor ayat
c.    Halaman ayat
d.    Halaman surat
e.    Jumlah ayat


II.    Jawablah pertanyaan-pertanyann di bawah ini dengan singkat dan jelas!
1.    Sebutkan 2 kitab yang digunakan sebagai pedoman mencari ayat dan surah al-Qur’an!
2.    Siapakah penyusun kitab Fathur-Rahman!
3.    Terangkan langkah-langkah mencari ayat melalui Fathur-Rahman?
4.    Jelaskan kode بق dalam Fathur-Rahman!
5.    Carilah ayat berikut dari potongan ayat berikut dengan kitab Fathur-Rahman!
رَبَّنَا ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةَ

Memahami fungsi al-Qur'an dalam kehidupan

PELAJARAN III

Allah memberikan pelajaran dan peringatan melalui tanda-tanda keuasaan-Nya yang dijelaskan dengan ayat-ayat al-Qur’an yang tersurat dan ayat-ayat kauniyah  yang tersirat di dalam kejadian di alam semesta.

STANDAR KOMPETENSI
Memahami fungsi al-Qur'an dalam kehidupan

KOMPETENSI DASAR
    Mendeskripsikan fungsi al-Qur'an
    Menunjukkan perilaku orang yang menfungsikan al-Qur'an
    Menerapkan fungsi al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari

IFTITAH

Al-Qur’an adalah firman Allah SWT. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Al-Qur’an adalah pedoman hidup (way of life) bagi manusia. Al-Qur’an berisi petunjuk dan aturan tentang bagaimana cara menjalani hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh karena itu, al-Qur’an memiliki fungsi strategis dan penting bagi umat manusia. Dalam konteks ajaran Islam, al-Qur’an juga menempati kedudukan yang sangat sentral dan penting sebagai sumber pokok ajarannya.
Kita harus menempatkan al-Qur’an benar-benar sebagai sumber utama dan pertama ajaran Islam, sekalgus memfungsikannya secara maksimal dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga setiap langkah kita dalam menjalani hidup ini senantiasa didasari nilai-nilai al-Qur’an.

URAIAN MATERI
A.    KEDUDUKAN AL-QUR’AN
Al-Qur’an merupakan sumber pokok bagi ajaran Islam. Al-Qur’an juga merupakan sumber hukum yang utama dan pertama dalam Islam. Sebagai sumber pokok ajaran Islam, Al-Qur’an berisi ajaran-ajaran yang lengkap dan sempurna yang meliputi seluruh aspek yang dibutuhkan dalam kehidupan umat manusia, terutama umat Islam. Sebagai sumber hukum, al-Qur’an telah memberikan tata aturan yang lengkap, ada yang masih bersifat global (mujmal) dan ada pula yang bersifat detail (tafshil). Al-Qur’an mengatur dengan disertai konsekuensi-konsekuensi demi terciptanya tatanan kehidupan manusia yang teratur, harmonis, bahagia dan sejahtera, baik lahir maupun batin.
Agar manusia dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya, maka hendaknya manusia selalu berpegang teguh kepada prinsip dasar ajaran dan kaidah-kaidah hukum yang bersumber dari al-Qur’an sebagai sumber utamanya. Hal ini sebagaimana tersirat dalam QS. Ali ‘Imran ayat 103.
       ....(ال عمران : ۱۰۳)
Artinya :
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai...” (QS. Ali-‘Imran/3:103)
Sebagian ulama’ menafsirkan lafaz حَبْلُ اللهِ dengan al-Qur’an. Dengan demikian ayat tersebut mengisyaratkan agar manusia khususnya umat Islam untuk senantiasa berpegang teguh kepada al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam.
Dalam QS. an-Nisa ayat 59, Allah SWT. juga menegaskan:
                                 (النساء : ۵۹)
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”  (QS.An-Nisa/4:59)
Ayat tersebut terdapat perintah untuk mentaati Allah SWT. (اَطِيْعُوا اللهَ), maksudnya adalah mentataati ajaran Allah SWT. yakni al-Qur’an. Dalam ayat tersebut disiratkan bahwa al-Qur’an menempati kedudukan sebagai sumber utama dan pertama dalam rangka menyelesaikan permasalahan umat Islam. Disamping al-Qur’an, juga terkandung maksud untuk mendasarkan pada Hadits/Sunnah Rasulullah SAW. sebagai sumber kedua setelah al-Qur’an. Sikap yang harus dimiliki oleh setiap umat Islam adalah mengembalikan semua permasalahan kepada sumber pertamanya yaitu al-Qur’an dan juga sumber keduanya yaitu Hadits/Sunnah Rasulullah SAW. Dengan demikian, maka akan tercapai kebahagiaan hidup di dunia sampai di akhirat kelak.

B.    FUNGSI DAN TUJUAN AL-QUR’AN
Allah menurunkan al-Qur’an dengan membawa kebenaran yang hakiki. Al-Qur’an memiliki beberapa fungsi dan tujuan bagi kehidupan umat manusia, terutama umat Islam. Diantara fungsi dan tujuan diturunkannya al-Qur’an oleh Allah SWT. adalah:
1.    Al-Qur’an sebagai Petunjuk bagi Manusia
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan malaikat Jibril as. sebagai petunjuk bagi manusia. Dengan mengikuti petunjuk al-Qur’an tersebut, manusia akan mempunya arah dan tujuan hidup yang jelas dalam menjalani hidup dan kehidupannya.
Banyak ayat al-Qur’an yang menjelaskan mengenai fungsi al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia. Beberapa ayat diantaranya adalah sebagai berikut :
       ••      .... (البقرة : ۱۸۵)
Artinya :
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)…(QS. al-Baqarah/2:185)

Atau ayat lain yang lebih khusus menegaskan bahwa al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia yang bertaqwa.
           (البقرة : ۲)
Artinya :
“Kitab (al-Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (QS. al-Baqarah/2:2)

Atau ada pula ayat yang khusus menegaskan bahwa al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia yang beriman.
                  لِلْمُؤْمِنِيْنَ  (فصلت : ٤٤)
Artinya :
“Dan jikalau Kami jadikan al-Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" apakah (patut al-Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin...(QS. Fushshilat/41: 44)

Dari beberapa penjelasan ayat tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu fungsi terpenting al-Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi manusia. Petunjuk-petunjuk al-Qur’an itu secara garis besar meliputi petunjuk tentang bagaimana hubungan manusia dengan Allah SWT., manusia dengan sesama manusia dan bahkan manusia dengan alam sekitarnya. Manusia yang mau mengikuti petunjuk al-Qur’an, niscaya akan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
2.    Al-Qur’an sebagai Sumber Pokok Ajaran Islam
Salah satu fungsi penting al-Qur’an lainnya adalah sebagai sumber pokok ajaran Islam. Dalam pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa al-Qur’anlah yang mula-mula menjelaskan ajaran yang lengkap dan menyeluruh yang diberikan oleh Allah SWT. Ajaran-ajaran tersebut ada yang bersifat mujmal, yakni hanya memberikan prinsip-prinsip umumnya saja, dan ada juga yang bersifat tafshil yakni ajaran yang terperinci dan khusus.
Ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an mutlak kebenarannya dan ajaran yang paling sempurna. Ajaran al-Qur’an disamping membenarkan ajaran-ajaran kitab suci sebelumnya, juga menyempurnakan ajaran kitab-kitab sebelumnya tersebut. Al-Qur’an berisi tentang pokok-pokok atau dasar-dasar ajaran Islam yang berkenaan dengan masalah ketauhidan, ibadah, akhlaq, hukum, dan segala hal yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya.
Dalam sebuah ayat, Allah SWT. menegaskan bahwa al-Qur’an diturunkan dengan membawa kebenaran hakiki yang berfungsi sebagai dasar penetapan hukum yang harus dipegang teguh oleh Nabi Muhammad SAW., tidak boleh sedikitpun menyimpang dari al-Qur’an. Dan tentunya hal ini juga harus dipegang teguh oleh umat Islam. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. an-Nisa’ ayat 105.
       ••          (النساء : ١٠٥)  
Artinya :
“Sesungguhnya Kami Telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat”  (QS. an-Nisa’/4: 105)

3.    Al-Qur’an sebagai Peringatan dan Pelajaran bagi Manusia
Sebagai peringatan dan pelajaran bagi manusia maksudnya adalah al-Qur’an merupakan kitab suci dengan konsep ajaran yang salah satu ajarannya adalah berupa sejarah atau kisah umat terdahulu. Dalam kisah-kisah itu dijelaskan bahwa ada diantara umat manusia sebagian orang-orang yang beriman, taat dan shalih, namun ada pula sebagian yang lain orang-orang yang kafir, ma’siat dan tidak shalih. Kepada mereka yang shalih, Allah SWT. menjanjikan kebaikan di dunia dan pahala (surga) di akhirat karena ridha-Nya, sebaliknya kepada mereka yang kafir, durhaka dan tidak shalih, Allah SWT. mengancam dengan ancaman hukuman dan azab baik di dunia maupun di akhirat. Dan dalam banyak ayat, Allah SWT. membuktikan janji dan ancamannya tersebut.
Bagi kita, apa yang dijelaskan dalam kisah umat terdahulu tersebut, dapat kita ambil pelajaran dan sekaligus peringatan bagi kita untuk pandai mengambil pelajaran dan meneladani yang baik dan menjauhi yang buruk untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan hidup di dunia sampai di akhirat kelak. Allah SWT. berfiman dalam QS. al-An’am ayat 97
         •                (الأنعام : ٩٧)
Artinya :
“Dan Ini (al-Quran) adalah Kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (al-Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.”(QS. al-An’am/6: 97)

Dalam ayat lain, Allah SWT. juga menegaskan tentang fungsi al-Qur’an sebagai peringatan dan pelajaran terutama bagi orang-orang yang beriman.
             
Artinya :
“Ini adalah sebuah Kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan Kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.” (QS.Al-A’raf/7:2)

Apabila manusia, terutama umat Islam telah memfungsikan al-Qur’an dengan cara menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup, menerapkan dan melaksanakan segala ajaran Islam sesuai dengan ajaran-ajaran al-Qur’an, serta mengambil pelajaran yang baik dan positif dan meneladaninya dan meninggalkan yang negatif, niscaya keselamatan, kesuksesan dan kebahagiaanlah yang akan diperoleh baik di dunia maupun di akhirat. Itulah fungsi dan tujuan diturunkannya al-Qur’an.

INGAT!













 



































   














I.    Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d, atau e!
1.    Dalam ajaran Islam, al-Qur’an adalah menjadi sumber ajaran…
a.    pertama
b.    kedua
c.    ketiga
d.    keempat
e.    kelima
2.    ذَالِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيْهِ هُدًى........(البقرة : ٢)
Akhir ayat di atas di atas…
a.    لِلْمُؤْمِنِيْنَ
b.    لِلْمُحْسِيْنَ
c.    لِلْمُتَّقِيْنَ
d.    لِلنَّاسِ
e.    وَ رَحْمَةً
3.    َBerdasarkan QS. al-Baqarah ayat 2, al-Qur’an berfungsi sebagai…
a.    peringatan
b.    pelajaran
c.    petunjuk
d.    penyelamat
e.    pembeda
4.    لاَ رَيْبَ فِيْه maksudnya…
a.    tidak ada kesalahan didalam al-Qur’an
b.    tidak ada kesulitan di dalam al-Qur’an
c.    tidak ada keraguan di dalam al-Qur’an
d.    tidak ada kelemahan di dalam al-Qur’an
e.    tidak ada kekurangan di dalam al-Qur’an
         •   
5.    Potongan ayat yang mengandung makna tentang fungsi al-Qur’an pada ayat di atas adalah…
a.    اَنْزَلْنَاهُ
b.    مُبَارَكٌ
c.    مُصَدِّقٌ
d.    لِتُنْذِرَ
e.    اُمَّ الْقُلرَى
6.    Selain berisi kisah-kisah umat terdahulu, dalam al-Qur’an juga terdapat tamsil  sebagai peringatan bagi manusia. Tamsil artinya…
a.    perkataan
b.    permasalahan
c.    perdebatan
d.    peradaban
e.    perumpamaan
7.    Petunjuk al-Qur’an ada yang masih bersifat mujmal ada juga yang bersifat tafshil. Mujmal maksudnya…
a.    belum terperinci
b.    sudah terperinci
c.    tidak jelas maksudnya
d.    tidak bias difahami
e.    sudah jelas
8.    Dalam al-Qur’an banyak terkandung kisah-kisah umat masa lalu, tujuan utamanya untuk…
a.    menakut-nakuti manusia
b.    menambah pengetahuan
c.    menghibur manusia
d.    melengkapi isi al-Qur’an
e.    menjadi ibrah dan peringatan
9.    Salah satu tokok dalam kisah umat masa lalu yang dapat dipetik pelajaran sebagai teladan yang baik…
a.    Kisah Luqman
b.    Kisah Fir’aun
c.    Kisah Qarun
d.    Kisah Abu Lahab
e.    Kisah Qabil
10.    Tujuan utama diturunkannya al-Qur’an kepada umat manusia adalah…
a.    agar manusia selamat dan bahagia di dunia
b.    agar manusia tahu cara mencari rezeki
c.    agar manusia mau membacanya tiap hari
d.    agar manusia selamat dunia dan akhirat
e.    agar manusia bisa melihat dan menyaksikannya

II.    Jawablah pertanyaan-pertanyann di bawah ini dengan singkat dan jelas!
1.    Bagaimana kedudukan al-Qur’an dalam hukum Islam!
2.    Sebutkan 3 fungsi al-Qur’an yang kamu ketahui!
3.    Jelaskan mengapa Allah SWT. banyak memberikan kisah-kisah umat terdahulu di dalam al-Qur’an. Apa tujuannya?
4.    Petunjuk al-Qur’an ada yang masih bersifat mujmal dan juga ada yang bersifat tafshil, jelaskan maksudnya!
5.    Tulislah sebuah ayat yang menjelaskan fungsi al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia!



   
PELAJARAN II





Lihatlah seekor burung yang terbang di angkasa, kadang ia mengepakkan sayapnya, tapi terkadang juga menahannya. Bukankah itu isyarat ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkandung dalam al-Qur’an hingga diketemukannya pesawat terbang?

STANDAR KOMPETENSI
Memahami isi pokok ajaran al-Qur'an

KOMPETENSI DASAR
    Mengidentifikasi isi pokok ajaran al-Qur'an
    Menunjukkan ayat yang terkait dengan isi pokok ajaran al-Qur'an
    Menjelaskan kandungan ayat yang terkait dengan isi pokok ajaran al-Qur'an
    Menerapkan kandungan ayat yang terkait dengan isi pokok ajaran al-Qur'an
















IFTITAH
Kalian tentu telah mengetahui bahwa al-Qur’an terdiri atas 30 juz, 114 surat, dan 6.236 ayat, ada pula yang menyebutkan 6.666. Dilihat dari isi kandungannya, al-Qur’an adalah kitab yang paling lengkap dan paling sempurna jika dibandingkan dengan kitab-kitab suci sebelumnya. Al-Qur’an berfungsi membenarkan dan menjelaskan pokok-pokok ajaran yang terkandung dalam kitab-kitab tersebut.
Sebagai kitab yang paling lengkap dan sempurna, al-Qur’an mengandung pokok-pokok ajaran yang lebih luas cakupan materi ajarannya mencakup segala persoalan umat manusia. Secara garis besar, al-Qur’an mengandung 6 isi pokok ajaran yaitu meliputi : akidah, ibadah dan mu’amalah, akhlaq, hukum, sejarah, dan dasar-dasar ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi.






















URAIAN MATERI

A.    AKIDAH
Akidah secara bahasa berarti kepercayaan atau keyakinan. bentuk jamaknya Aqa’id. Akidah juga disebut dengan istilah keimanan. Orang yang berakidah berarti orang yang beriman (mukmin).
Secara istilah, akidah adalah suatu kepercayaan yang harus diyakini dengan sepenuh hati, dinyatakan dengan lisan dan dimanifestasikan dalam bentuk amal perbuatan.  Akidah Islam adalah keyakinan berdasarkan ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan hadits. Seorang yang menyatakan diri berakidah Islam tidak hanya cukup mempercayai dan meyakini keyakinan dalam hatinya, tetapi harus menyatakannya dengan lisan dan harus mewujudkannya dalam bentuk amal perbuatan (amal shalih) dalam kehidupannya sehari-hari.
Inti pokok ajaran akidah adalah masalah tauhid, yakni keyakinan bahwa Allah Maha Esa. Setiap muslim wajib meyakini ke-Maha Esa-an Allah. Orang yang tidak meyakini ke-Maha Esa-an Allah berarti ia kafir, dan apabila meyakini adanya Tuhan selain Allah dinamakan musyrik. Dalam akidah Islam, disamping kewajiban untuk meyakini bahwa Allah itu Esa, juga ada kewajiban untuk meyakini rukun-rukun iman yang lain. Tidak dibenarkan apabila seseorang yang mengaku berakidah/beriman apabila dia hanya mengimani Allah saja, atau meyakini sebagian dari rukun iman saja. Rukun iman yang wajib diyakini tersebut adalah: 1) iman kepada Allah SWT, 2) iman kepada malaikat-malaikat Allah, 3) iman kepada kitab-kitab Allah, 4) iman kepada rasul-rasul Allah, 5) iman kepada hari akhir, dan 6) iman kepada qadha’ dan qadar.
Al-Qur’an banyak menjelaskan tentang pokok-pokok ajaran akidah yang terkandung di dalamnya, diantaranya adalah sebagai berikut :
                 •    (الإخلاص: ۱-٤)
Artinya :
1.  Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2.  Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3.  Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4.  Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. al-Ikhlas/112: 1-4)

          
Artinya :
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”  (QS. al-Baqarah/2: 163)

                              
Artinya :
“Rasul telah beriman kepada al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS. al-Baqarah/2: 285)

B.    IBADAH DAN MU’AMALAH
Ibadah berasal dari kataعِبَادَةً /عَبَدَ – يَعْبُدُ – عَبْدًا  artinya mengabdi atau menyembah. Yang dimaksud ibadah adalah menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT. dengan tunduk, taat dan patuh kepada-Nya. Ibadah merupakan bentuk kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh perasaan yakin terhadap kebesaran Allah SWT., sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Karena keyakinan bahwa Allah SWT mempunyai kekuasaan mutlak.
Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Hal ini seperti ditegaskan oleh Allah SWT melalui firman-Nya dalam QS. adz-Dzariyat ayat 56
      
Artinya :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. az-Zariyat/51 : 56)

Manusia harus menyadari bahwa dirinya ada karena diciptakan oleh Allah SWT., oleh sebab itu manusia harus sadar bahwa dia membutuhkan Allah SWT. Dan kebutuhan terhadap Allah itu diwujudkan dengan bentuk beribadah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya manusia menyembah dan meminta pertolongan. Sebagaimana firman Allah:
    
Artinya :
“Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan” (QS. al-Fatihah/1: 5)

Ibadah dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah artinya ibadah khusus yang tata caranya sudah ditentukan, seperti : shalat, puasa, zakat dan haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah artinya ibadah yang bersifat umum, tatacaranya tidak ditentukan secara khusus, yang bertujuan untuk mencari ridha Allah SWT., misalnya: silaturrahmi, bekerja mencari rizki yang halal diniati ibadah, belajar untuk menuntut ilmu, dan sebagainya.
Disamping beribadah kepada Allah SWT. karena kesadaran manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT., manusia juga memeliki kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama manusia lainnya. Maka al-Qur’an tidak hanya memberikan ajaran tentang ibadah sebagai wujud kebutuhan manusia terhadap Allah SWT (حَبْلٌ مِنَ اللهِ), tetapi juga mengatur bagaimana memenuhi kebutuhan dalam hubungannya dengan manusia lain (حَبْلٌ مِنَ النَّاسِ). Misalnya: sillaturrahmi, jual beli, hutang piutang, sewa menyewa, dan kegiatan lain dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan dalam hubungan antar manusia ini disebut dengan mu’amalah.
Dalam al-Qur’an banyak ditemukan ajaran tentang tata cara bermu’amalah, antara lain:
                ... 
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar...” (QS. al-Baqarah/2: 282)



C.    AKHLAQ
Akhlaq (اَخْلاَقٌ) ditinjau dari segi etimologi merupakan bentuk jama’ dari kata (خُلُقٌ) yang berarti perangai, tingkah laku, tabiat, atau budi pekerti. Dalam pengertian terminologis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang muncul spontan dalam tingkah laku hidup sehari-hari.
Dalam konsep bahasa Indonesia, akhlaq semakna dengan istilah etika atau moral. Akhlaq merupakan satu fundamen penting dalam ajaran Islam, sehingga Rasulullah SAW. menegaskan dalam sebuah hadits bahwa tujuan diutusnya beliau adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlaq mulia.

     قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاق
رواه احمد
Artinya :
“Rasulullah SAW. telah bersabda : Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlaq mulia”
(HR.  Ahmad no. 8595)

    Nabi Muhammad SAW. adalah model dan suri tauladan bagi umat dalam bertingkah laku dengan akhlaq mulia (karimah). Al-Qur’an merupakan sumber ajaran tentang akhlaq mulia itu. Dan beliau merupakan manusia yang dapat menerapkan ajaran akhlaq dari al-Qur’an tersebut menjadi kepribadian beliau. Sehingga wajarlah ketika Aisyah Ra. ditanya oleh seorang sahabat tentang akhlaq beliau, lalu Aisyah ra. menjawab dengan menyatakan كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْءَانُ (akhlaq beliau adalah al-Qur’an).
Ayat-ayat al-Qur’an yang menyatakan tentang ajaran akhlaq Nabi Muhammad SAW. antara lain adalah :
      (القلم : ٤)   
Artinya :
“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. al-Qalam/68: 4)

                   (الأحزاب : ۲۱)
Artinya :
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab/33: 21)


D.    HUKUM
Hukum sebagai salah satu isi pokok ajaran al-Qur’an berisi kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat manusia. Tujuannya adalah untuk memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya menjadi adil, aman, tenteram, teratur, sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di akhirat kelak.
Sebagai sumber hukum ajaran Islam, al-Qur’an banyak memberikan ketentuan-ketentuan hukum yang harus dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum baik secara global (mujmal) maupun terperinci (tafshil). Beberapa ayat-ayat al-Qur’an yang berisi ketentuan hukum antara lain adalah :
       ••           (النساء : ۱۰۵)
Artinya :
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat” (QS. an-Nisa’/4: 105)

                 (المائدة : ۹۰)
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan” (QS. al-Maidah/5: 90)

Ketentuan-ketentuan hukum lain yang dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur’an adalah meliputi :
1.    Hukum perkawinan, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah: 221; QS. al-Maidah: 5; QS.an-Nisa’: 22-24; QS.an-Nur: 2; QS. al-Mumtahanah:10-11
2.    Hukum waris, antara lain dijelaskan dalam QS. an-Nisa’: 7-12 dan 176, QS. al-Baqarah:180; QS. al-Maidah:106
3.    Hukum perjanjian, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah: 279,280 dan 282; QS. al-Anfal: 56 dan 58; QS. at-Taubah: 4
4.    Hukum pidana, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah: 178; QS. an-Nisa’: 92 dan 93; QS. al-Maidah: 38; QS. Yunus: 27; QS. al-Isra’: 33; QS. asy-Syu’ara: 40
5.    Hukum perang, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah: 190-193; QS. al-Anfal: 39 dan 41; QS. at-Taubah: 5,29 dan 123, QS. al-Hajj: 39 dan 40
6.    Hukum antarbangsa, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Hujurat: 13

E.    SEJARAH / KISAH UMAT MASA LALU
Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat Islam banyak menjelaskan tentang sejarah atau kisah umat pada masa lalu. Sejarah atau kisah-kisah tersebut bukan hanya sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah (pelajaran) bagi umat Islam. Ibrah tersebut kemudian dapat dijadikan dapat menjadi petunjuk untuk dapat menjalani kehidupan agar senantiasa sesuai dengan petunjuk dan keridhaan Allah SWT.
                        
 (يوسف: ۱۱۱)
Artinya :
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS. Yusuf/12: 111)

Al-Qur’an telah banyak menggambarkan umat-umat terdahulu baik yang iman dan taat kepada Allah SWT. maupun yang ingkar dan ma’siat kepada-Nya. Diharapkan dengan memperhatikan kisah umat terdahulu, umat Islam bisa mencontoh umat-umat yang taat kepada Allah SWT. dan menghindari perbuatan ma’siat kepada-Nya. Bagi umat yang beriman dan taat kepada Allah SWT., Allah SWT. telah memberikan kebaikan dan keberkahan dalam hidup mereka, sebaliknya bagi yang ingkar dan ma’siat kepada-Nya, Allah SWT telah memberikan azab-Nya.
Ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang sejarah atau kisah umat terdahulu antara lain :
       ••           •                (الفرقان : ۳۷-۳۸)


Artinya :
37.”Dan (telah kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul. Kami tenggelamkan mereka dan kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih;
38. Dan (Kami binasakan) kaum 'Aad dan Tsamud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum- kaum tersebut.
39. Dan Kami jadikan bagi masing-masing mereka perumpamaan dan masing-masing mereka itu benar benar telah Kami binasakan dengan sehancur-hancurnya.” (QS. al-Furqan/25: 37-39)

                                                           •                •                            (القصص : ۷۹-۸۳)
Artinya :
79. ”Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".
80. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar".
81. Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).
82. Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah)".
83. Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Qashash/28: 79-83)

F.    DASAR-DASAR ILMU PENGETAHUAN (SAINS) DAN TEKNOLOGI
Al-Qur’an adalah kitab suci ilmiah. Banyak ayat yang memberikan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi yang bersifat potensial untuk kemudian dapat dikembangkan guna kemaslahatan dan kesejahteraan hidup manusia. Allah SWT. yang Maha memberi ilmu telah mengajarkan kepada umat manusia untuk dapat menjalani hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik. Al-Qur’an menekankan betapa pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itu diisyaratkan pada saat ayat al-Qur’an untuk pertama kalinya diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. yaitu QS. al-‘Alaq: 1-5
                        
Artinya:
1.  “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2.  Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.  Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah,
4.  Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5.  Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(QS. al-‘Alaq/96: 1-5)

Ayat yang pertama kali diturunkan tersebut diawali dengan perintah untuk membaca. Membaca adalah satu faktor terpenting dalam proses belajar untuk menguasai suatu ilmu pengetahuan. Ini mengindikasikan bahwa al-Qur’an menekankan betapa pentingnya membaca dalam upaya mencari dan menguasai ilmu pengetahuan.
Ayat lain yang berisi dorongan untuk menguasai ilmu pengetahuan juga dijelaskan dalam QS. al-Mujadilah ayat 11.
              
Artinya :
“….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Mujadilah/58: 11)

Al-Qur’an banyak mendorong umat manusia untuk menggali, meneliti dan mengembangkan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan dan kesejahteraan hidupnya. Isyarat-isyarat ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut diantara berkenaan dengan ilmu kedokteran, farmasi, pertanian, matematika, fisika, kimia, biologi, ilmu anatomi tubuh, teknologi perkepalan, teknologi pesawat terbang, dan lain sebagainya.
Yang penting untuk diingat bahwa dalam kurun waktu sejarah umat manusia, Islam telah melahirkan banyak cendekiawan muslim yang telah berhasil menemukan berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi berkat ketelitian mereka dalam menggali isyarat ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an. Diantara cendekiawan-cenedekiawan muslim tersebut diantaranya ialah: Ibnu Rusyd, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Maskawaih, Al-Khawarizmi, dan lain-lain. Bahkan penemuan-penemuan ilmu pengetahuan yang mereka hasilkan telah banyak mengilhami bangsa barat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang berkembang hingga saat ini.
   








I.    Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d, atau e!
1.    Isi pokok ajaran al-Qur’an ada 6, yaitu…
a.    akidah, ibadah dan mu’amalah, akhlaq, hukum, sejarah dan dasar-dasar sains
b.    akidah, ibadah, akhlak, hukum atau syari’ah, sejarah, dan kisah umat terdahulu
c.    akidah, ketauhidan, akhlak, hukum, sejarah, sejarah dan dasar-dasar sains
d.    akidah, ibadah mahdhah, ibadah ghairu mahdhah, hukum, sejarah, dan sains
e.    akidah, ibadah, mu’amalah, hukum, sejarah, kisah-kisah umat terdahulu, dan sains
2.    Akidah secara bahasa artinya…
a.    keyakinan
b.    kemauan
c.    kebutuhan
d.    kepatuhan
e.    keesaan
3.    Ayat berikut ini berisi tentang masalah akidah…
a.    وَ إِلٰٰهُكُمْ إِلٰٰهٌ وَاحِدٌ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيْمُ
b.    وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَ اْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنَ
c.    وَ إِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمِ
d.    لَقَدْ كَانَ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
e.    إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَ إِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
4.    Ibadah dan mu’amalah tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia terutama orang Islam. Yang dimaksud ibadah adalah hubungan antara.…
a.    Manusia dengan manusia lainnya
b.    Manusia dengan Allah SWT.
c.    Manusia dengan malaikat
d.    Manusia dengan dirinya sendiri
e.    Manusia dengan alam sekitarnya
5.    Ibadah dapat dibedakan menjadi dua yaitu ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Salah satu contoh ibadah mahdhah adalah…
a.    Menuntut ilmu
b.    Mencari nafkah
c.    Mendirikan sholat
d.    Membangun masjid
e.    Menyantuni anak yatim
6.    Akhlak dari segi arti bahasa artinya…
a.    perbuatan
b.    perasaan
c.    pikiran
d.    perangai
e.    perkataan
7.    Fungsi utama kandungan al-Qur’an yang menjelaskan kisah umat terdahulu adalah sebagai…
a.    cerita biar orang tertarik dengan al-Qur’an
b.    pelengkap informasi yang tertulis di dalamnya
c.    ilustrasi al-Qur’an agar lebih menarik
d.    untuk dibaca sebagai hiburan bagi orang Islam
e.    ‘ibrah dan peringatan bagi orang yang beriman
8.    Salah satu contoh mu’jizat Nabi Isa as. adalah…
a.    dapat membelah bulan dengan menunjukkan jari telunjuk kepadanya
b.    dari jari-jari keluar air sehingga dapat diminum kaumnya yang kehausan
c.    dapat menyembuhkan orang buta sejak lahir sehingga dapat melihat
d.    tongkat yang bisa berubah menjadi ular besar untuk mengalahkan sihir
e.    tidak hangus terbakar dalam kobaran api yang menjilat-jilat
9.    Al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar bagi Nabi Muhammad SAW. Di bawah ini merupakan bukti bahwa al-Qur’an adalah mu’jizat yang terbesar…
a.    al-Qur’an berlaku kekal sepanjang masa
b.    kitab yang berisi ajaran yang paling sempurna
c.    diberikan kepada nabi dan rasul yang terakhir
d.    isinya sangat rumit, sehingga sulit dipahami
e.    hanya orang cerdas yang dapat memahami
10.    يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ...المجادلة:۱۱
Potongan ayat diatas mengisyaratkan tentang …
a.    Beribadah dengan meninggikan kualitasnya
b.    Menuntut ilmu akan mengangkat derajat hidup
c.    Beriman kepada Dzat yang memberi ilmu, Allah SWT
d.    Mencari derajat di dunia dan di akhirat dengan iman
e.    Beribadah sesuai dengan ilmu yang dimiliki

II.    Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!
1.    Sebutkan 6 isi pokok al-Qur’an!
2.    Berilah sebuah contoh isi kandungan yang berkenaan dengan mu’amalah!
3.    Ibadah dapat dibedakan menjadi 2. Sebutkan dan jelaskan masing-masing disertai contoh?
4.    Terangkan isi ajaran yang terkandung dalam ayat berikut!
                   الأحزاب :  ۲۱
5.    Tulislah sebuah ayat yang berisi tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan!